Baihaqi Olshop

Baihaqi Olshop

Selasa, 26 Mei 2009

Anak usia dini beserta pendidikannya

Anak Usia Dini (AUD)

Sebagai pengantar, sedikit saya paparkan tentang apa dan siapa sih yang dimaksud dengan anak usia dini itu?? (kayak yang tidak pernah mengalami saja ya!! :D). Anak usia dini hakikatnya:

• Kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentans Sisidiknas).adapun berdasarkan para pakar PAUD, AUD adalah kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun.
• Berdasarkan keunikan dalam tingkat perrumbuhan dan perkembangannya, anak usia dini tervagi dalam tiga tahapan, yaitu: (1) masa bayi, usia lahir-12 bulan; (2) masa toddler (batita), usia 1-3; (3) masa prasekplah, usia 3-6 tahun, dan (4) masa kelas awal SD, 6-8 tahun.

Pada usia-usia ini anak yang mengalami masa peka (kritis) terhadap segala sesuatu, sehingga setiap penjelasan dan perkataan orang dewasa selalu terserap dan mudah di tiru oleh anak. Hal itu menjadi dasar bagi kepribadian AUD.

Anak juga sedang menga;ami masa keemasan (golden age) usia dimana anak dapat menangkap / menyerap setiap stimylasi yang diberikan oleh orang dewasa. Kemampuan anak untuk menyerap stimulasi / sesuatu disebut absorbent mind.

Seorang bayi yang baru lahir memiliki ± 100 miliar sel otak. Ini menunjukan selama 9 bulan masa kehamilan, paling tidak setiap menit dalam pertumbuhan otak diproduksi 250ribu sel otak. (Subhanallah ya..).

Sel-sel syaraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan supaya terus berkembang jumalahnya. Tidak kalah luar biasanya, pada umur 3 tahun, anak akan mempunyai IQ 10-20 poin lebih tinggi dibandingkan fdengan mereka yang tidak pernah mendapatkan stimulasi.

So, dah jelaskan, janagan takut untuk membahas tentang anak usia dini (mereka bersikap kadang menyebalkan wajar-wajar saja ko, karena perilaku mereka itu bukan perilaku yang sebenarnya), malahan mereka itu adalah makhluk-makhluk kecul yang patut kita sayangi.

Cara berfikir anak adalah divergen, berfikir tidak pasti dan imajinatif, pikirannya kadang tidak masuk akal bagi orang dewasa, misalnya : 2+2=3, karena menurut anak bebek yang dua ditambah bebek dua bias jadi tiga, karena bebek yang satunya lagi mati. Selain itu, bagi kita kursi adalah tempat duduk namun, bagi anak kursi itu daapt diibaratkan sebagai mobil-mobilan, kuda dan sebagainya. Hal seperti itu wajar saja.

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Mungkin sudah tergambar ya bangaiman pentingnya peran dan tugas seorang guru TK? (ehem.. ehem cukup berat!!). Apabila kita melihat di Negara-negara maju, yang menjadi guru TK adalah orang-orang professional setingkat professor, saking pentingnya PAUD, untuk memperbaiki anak bangsa diperlukan para pendidik untuk mengayomi dan memfasilitasi perkembangan otak dan seluruh potensi anak, yang menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.

Hal yang dianggap sepele sekalipun, jika terabaikan setiap yang terjadi pada anak akan menjadi kebiasaan dan cerminan setelah anak tumbuh dewasa. Seorang dosen saya menyatakan, kalau beliau sampai saat ini tidak bisa bernyanyi (suaranya fals) karena akibat kesalahan dari guru TK nya dulu. Selain itu, kesalahan guru membiasakan anak duduk di depan / dibelakang secara terus menerus akan mengakibatkan anak ketergantungan, maksudnya jika sewaktu-waktu anak itu terpaksa harus duduk di belakang (yang terbiasa di depan) sehingga anak itu tidak bias berkonsentrasi. Itulah kemungkinan yang dapat terjadi bahkan samapai dewasa sekalipun. Oleh karean itu tugas guru TK bukan untuk mengurus dan mengasuh saja, namun memperbaiki jika ada kesalahan dalam perkembangannya, memperbaikai kebiasaan buruk anak, secara fisik maupun lifeskill. Demi kebaikan AUD di masa yang akan datang.

Bukan hanya untuk mengajarkan baca tulis hitung, tetapi moral dan pembiasaan hal-hal yang positif.

Prinsip-prinsip dalam pendidikan anak usia dini, diantaranya:
a. integrasi (tidak terpisah-pisah) yaitu, memperhatikan beberapa aspek yang harus dikembangkan seperti kognitif, afektif, psikomotor, fisik motorik, moral, sosial, emosional, bahasa, dan spiritu anak.
b. Voluntir, secara sukarela mengikuti kehendak anak, menghargai pendapat anak, dan menjadikan anak sebagai subjek.
c. Holistik (menyeluruh)

Tidak ada komentar: